enjoy every cadence, every breath…

Terbaru

Hiatus… mungkin pernah dengar?

Cikarang, 21 Aug 2016

Lamaaaaa… sekali tidak menulis disini. Asli, mungkin ini hiatus… yang terpanjang… Jadi inget dulu pernah maksa diri untuk post di setiap hari, walaupun dari hal remeh temeh dan sederhana, untuk membuat blog ini hidup, seperti bernapas, seperti koran yang hadir tiap hari.

Hiatus, when a band or artistic entity takes a break from all group activity.

Silakan tengok https://en.wikipedia.org/wiki/Hiatus

Jadi… biarkan post ini tidak berisi apapun selain satu kata, Hiatus…

Lalu apa saja yang antoix lakukan sekarang kok tidak pernah post lagi? Hahaha… menjadi manusia biasa, yang bisa bosan, bisa merasa sibuk dan untuk sementara mengalihkan energi dan waktu untuk hal lain yang (betapa naif dan biasa nya); lebih penting…

Doakan saja penulis blog ini kembali ke sedia kala… which is I don’t really want to be, I want to move, want to do something different, from time to time….

Ya sudah doakan saja somthing different nya bisa segera ditulis dan di share disini juga…

Your life is like an open book, when you start to connect your blog to your life…

aa20160416_110716

GGB Latgab – Batukuda – Genteng – Cijambu

Bandung, 20 Januari 2016


8:12 akhirnya lima orang siap start pagi itu. Om Indra, Om Kodrat, Om Maman, Om Atoe, Om Sigit mundur dan batal dengan berbagai alasan yang valid. Lokasi start dan finish adalah RS AMC, tepat di depan gerbang tol Cileunyi. Ujung jalan tol PADALEUNYI… Saya yang dua malam berturut kurang tidur sudah bertekad untuk finish full track saja sudah prestasi… Road Captain (kabarnya sih saya, dipindah tangankan dari Om Indra) sementara Om Eyang, Om Lutfi, Om Djo segera melejit kedepan tak lama setelah ketemu tanjakan aspal. Saya bersama Om Adjie di belakang…


8:41 ketemu tanda lalulintas yang tidak biasa… Ya, inilah tanjakan Cinunuk. Setiap kali saya ambil gambar di area ini selalu mendapat sambutan meriah dari para pemirsa, baik blog, forum maupun fb… Salah satu tanjakan paling dramatis di Bandung Timur


8:42 Om Adjie keheranan saya berhenti. Saya bilang, “Om Adjie jadi model foto Om…” Sekarang tanjakan ini sudah aspal, pada saat awal masih gravel seru spinning ban belakang… Saat saya kemudian sampai di ujung tanjakan ini alarm di Garmin bunyi, “Your heart rate is above maximum level…”


9:24 Pitstop pertama, Batukuda. Kabarnya sih ada batu nya yang berbentuk seperti kuda, tapi saya sendiri belom pernah ke tempat batu berada. Udahlah daripada ngomongin batu, kita ngopi saja. Kopi adalah kloter terakhir, setelah sebelumnya teh manis panas, teh kotak

Pada titik inilah sambil ambil napas lega dibawah rindang pohon pinus datanglah sebuah call…. “Om kami sudah di Kiara Payung….” Hmmm… ok baiklah, rupanya kalian memilih jalan yang baik (belok kanan)… Tujuan kami berikutnya memang Kiara Payung tapi lewat singletrack dalam hutan. Pak penjual kopi dan rekan peseda lain yang kita temui bilang, “Waduh Pak… kalo musim hujan begini trek bisa tertutup oleh semak semak tinggi…”. Saya tersenyum, dan Om Adjie matanya berbinar semangat mendengar kita akan menerobos semak semak… wkwkwk


9:49 Mengangkat sepeda melewati sungai dan kubangan air, lobang yang dalam, menariknya ke bukit diatas, pelan pelan kami menemukan juga singletracknya. “Bener ini Om?…” tanya Om Adjie, entah khawatir entah semangat lihat kita menerobos nerobos semak dibawah pohon pinus dan campuran pohon lain. Di suatu area terbuka saya bilang, “Biasanya kita bisa lihat seluruh Bandung dari sini Om Adjie…” Sayangnya cuaca hari itu mendung berkabut meskipun relatif masih pagi


10:25 melewati hutan dan semak, relatively rideable, asik meliuk dan menerabas, sambil kaki dan muka dibelai berbagai jenis dahan daun dan duri akhirnya kita keluar hutan juga dan masuk ke kampung lalu istirahat di Kiara Payung. Kita istirahat dulu karena berdasar pengalaman yang lalu susah dapat warung nasi di daerah Genteng Cijambu, saya putuskan bungkus dan masukkan ke kantong jersey. Enak bener ini jersey Bikewearr, jersey edisi XCM Bali tahun lalu yang membawa banyak semangat dan kenangan

Om Adjie dan saya makan sawo enak banget disini, seorang dua butir. Lalu sambil saya bungkus nasi lengkap lalapan dan tahu tempe ayam goreng, Om Adjie bilang ke Ibu warung, “Saya bungkus pisang saja, enam ya bu…”


11:43 Ini adalah area Genteng, area yang menjadi titik turun biasanya trek yang disebut Palintang Karpet Genteng atau sejenisnya. Ada beberapa variasi, kita tidak ke Palintang karena pilih trek pendek (opsi2). Akhirnya cuma bisa melihat layers bukit dan gunung di kejauhan… Tanjakan beton disambut makadam dalam kampungnya masih seksi dan panjang dan… ayo kita pakai grainy gear saja daripada jantung menjerit masuk area max HRM. Om Adjie sudah melejit kedepan


13:04 Keluar dari mulut buaya masuk ke mulut harimau… Keluar dari tanjakan tengah kampung yang dahsyat di area Genteng, kita mulai nanjak alus, diambut nanjak makadam, disambut hutan lagi… Inilah area Cijambu. Part hutan nya panjang banget. Ketemu rombongan motor trail, mereka bilang, “Oooo… teman nya tiga orang udah jauuuuuhhhh banget….”. Iya iya Kang… gak usah heboh gitu deh… Trek campuran doubletrack dan beberapa area ada singletrack. Yang horor adalah ada anjing pemburu, anjing nya bukan anjing kampung gitu, tapi anjing yang besar… Ampun dah… Geram nya saja udah bikin hati bergetar


13:11 Hutan tidak begitu saja berhenti habis, diselingi masuk ke kampung terpencil, kami pun masuk hutan kembali, kali ini hutan yang ketiga ini lebih wild, meskipun pohon nya secara umum adalah pinus dan pinus dominan, tapi kok ya ini trek menyeberang dan nyeberang sungai berkali kali, udah diseberangi eeee… balik lagi dan seterusnya

Di hutan ini juga kita dirubung sama semacam nyamuk atau entah serangga apa itu. Dia berputar putar di sekitar muka kita. Kalo kita jalan kadang serangga masuk ke mata jadi pedih, kadang masuk ke mulut. Pokoknya ganggu banget deh


13:46 Setelah lega akhirnya keluar hutan juga, ketemu jalan aspal rusak, lalu itu jalan masih tega juga nanjaaaakkk sampai di puncak Pasir Biru. Sempatin ambil foto di ujung tanjakan terakhir… Rasanya badan udah habis dan perut lapar sekali, Ketemu Om Adjie lagi fill up minum ke bidon, saya udah putuskan untuk buka bekel makan siang. Udah gak tahan lagi… Dapat wa message katanya tim depan lagi carbo loading juga di jalan raya Bandung-Sumedang… Seterusnya dalah turunan dan sedikit rolling tanjakan… dan itu 40an km terakhir adalah tidak terlalu penting, mbosenin dan ngantuk gowes sampe kembali ke titik start…

This ride report supported by Bikewearr, hardcore biking apparell
www.facebook.com/bikewearr
twitter:bikewearr
instagram.com/bikewearr/

Langkawi MTB Marathon ride #kepadaawan

Langkawi Island, 18 Oktober 2015

Trip ini sebenarnya dirancang untuk mengikuti LIMBC 2015, Langkawi International Mountain Bike Challenge yang penyelenggaraannya dibatalkan hanya sekitar sebulan sebelum acara. Kami tim dari Cikarang MTB GGB sudah memesan tiket pesawat dan booking hotel akhirnya tetap berangkat dan menjalani trek berdasarkan tracklog dari peserta event sebelumnya.

LIMBC total track

LIMBC total track


DCIM203GOPROAyo kita mulai menuliskannya. Mohon maaf ya kalau pabaliut, karena berbagai keterbatasan tapi pengen juga berbagi cerita, selamat menikmati dan silakan bersabar kalau ternyata sambungannya nunggu lama (disclaimer)

“Buset tanjakannya miring banget, belok patah, belom pernah saya seperti itu”
“Kita udah naik gak taunya puncak ada di bukit sebelahnya, pakai panjang lagi”
“Kayaknya saya mau pindah deh dari dua**tiiiiiitt** ke dua**tuuuutt**, frustasi ketemu tanjakan kaya tadi”

Section 1 AYER HANGAT

Section 1 AYER HANGAT

Sebagai member trip yang datang sehari lebih lambat dari seluruh tim, saya elus elus paha saja. Sambil membayangkan keputusan pemilihan chainring semalam…

Pagi itu semua berjalan seperti yang dibayangkan, rekan gowes saya hari ini adalah dua rekan yang sudah jelas akan memberikan cipratan air ban belakang ke muka saya. Waktu kami keluar dari hotel, yang berada di bagian selatan pulau, area bernama Kuah, maka sudah terbayang tuh mendung tampak berat banget di atas kepala. Tinggal menunggu saatnya mendung runtuh dan menimpa kita semua…

Dilepas dua rekan yang tidak ikutan gowes hari ini, karena kondisi tubuh yang tidak fit, maka saya hanya berusaha menakar adrenalin saya supaya tetap terjaga, tidak terlalu bersemangat… Semua yang terlalu kan salah…

Kita gowes onroad dulu, dan baru belokan pertama hujan rintik semakin besar butirannya sudah langsung menyambut. C’mon… ini baru jam 730 pagi… Setting hari ini tanpa tas, tanpa p3k, semua tools dan alat di saddle bag, hanya hape, batt cadangan, dan uang saja di saku. Going light… and ready for a wet rainy day…

#kepadaawan saya minta kerjasamanya yang baik yaaa… awan yang baik…

DCIM203GOPROPerasaan campur aduk saat kami lewat jalan on road melewati pusat olahraga, Olympic Center. Semestinya disini nih titik start… huh… Sambil menikmati air hujan yang merembes masuk ke kulit, gowes pun segera saja keluar dari jalan besar. Masuk ke Hutan tak jauh dari Olympic Center…

Inilah segment pertama hutan kita hari ini. Memang trek nya unik, pada dasarnya trek berputar mengelilingi pulau, ada jalan on-road mulus banget kondisi sangat bagus, tidak pernah lihat jalannya ada lobang samasekali. Muluz. Nah trek kita hari ini, yang merupakan trek Langkawi International Mountain Bike Challenge, stage pertama untuk multistage nya, atau stage XCM untuk kelas marathon nya.

Singletrack hutan segera menyambut, hutan meskipun rimbun tapi singletrack tampak terawat. Di beberapa tempat memang kita ada batang pohon tumbang yang menghalangi jalan, namun tampak sekali itu area sangat minim paparan manusia. Hanya hutan hutan dan hutan. Tidak ada pohon cabe, tumpangsari kopi, sisipan pohon wortel, seperti umumnya yang kita lihat di Tanah air. Hujan mulai berhenti dan datang lagi secara bergantian. Kami bertiga tidak terlalu memperhatikan hujan lagi, karena suguhan trek nya makin asyik.

DCIM203GOPROSetelah singletrack cenderung lurus landai, maka trek mulai deh meliuk liuk, traverse, melipir. Di tengah pulau ada satu gunung yang namanya Gunung Raya, dan trek ini pada dasarnya memutar mengelilingi gunung ini. Di satu area akhirnya kita ketemu dengan sungai. Airnya jernih banget. Salah satu rekan segera melakukan ritual nya. Belio membuka bidon, kemudian mengisi penuh bidon dengan air kali, kemudian meminumnya dengan sangat khidmat. Saya saja sampai deg deg an ngelihat nya. Persis perasaan seperti menonton ritual adat…

Entah kenapa peristiwa bertemu sungai ini seperti memberi nuansa lain buat tim, tadinya agak grogi campur semangat campur excited, sambil membayang bayangkan jika dan hanya jika event nya tidak dibatalkan, tentu kami sedang berusaha ngebut dan dengan mood gowes yang kompetitif. Adanya sungai ini membuat kami berhenti, ketawa, foto selfie karena memang nyeberang sungai dengan batu batu tidak gowesable. Kami seolah baru sadar kalau kami sebaiknya lebih menikmati trip ini tanpa ketegangan.

DCIM203GOPROTrek mulai meningkalkan ke landaiannya dan mulai menjalani kemiringan yang tidaklah terlalu sopan. Beberapa masih gowesable, ada juga bagian yang mulai membuat kami ttb bersama. Trek menjadi semakin teknikal. Kemiringan, kecuaraman, dan juga jenis permukaan trek yang variasinya tidak selalu Tanah, kadang batu, kadang serakan batu lepas, kadang Tanah keras, kadang lumpur. Untungnya lumpur karakternya jauh dari yang di Cikarang, lumpur nya tidak lengket. Tapi tetap saja licin…

Karakter trek secara keseluruhan adalah di guide oleh jalan raya aspal keliling Gunung Raya. Sementara trek menyimpang keluar segment per segment ke arah hutan, baik kiri ataupun kanan jalan. Bagian pertama hutan, segment pertama keluar dari jalan ini kita namakan saja Segment Ayer Hangat, sesuai nama daerah didekatnya.

Kepadatan vegetasi juga berubah ubah. Ada yang jalannya terbuka, doubletrack, ada juga banyak yang jalannya singletrack dan di beberapa area cenderung gelap karena tertutup pepohonan. Sungguh pengalaman berbeda buat saya, karena aseli panjang banget. Singletrack hutan paling panjang yang saya pernah lewati selama ini adalah Ciharus di Garut, yang ini lebih panjang lagi. Singletrack gelap dalam hutan tropis dataran rendah yang basah…

Pengalaman baru yang tak ternilai…

Meliuk dalam hutan lalu tiba tiba kita bertemu dengan jalan doubletrack dengan vegetasi agak terbuka, jalan lebih terang, lalu muncul lah jalan aspal sempit dan pagar yang terkunci… Haha!!! Gak di negeri sendiri gak di tempat orang, kok ya sama saja, ketemu pagar…

DCIM203GOPROSempat tertegun…

“Ada jalan Om…”
seorang rekan segera membawa sepedanya menerobos semak belukar ke sebelah kanan, masih di bagian luar pagar
Ya ya ya… tentusaja selalu ada jalan

Tim kemudian melewati sebuah lapangan, mirip lapangan bola, kemudian bertemulah kita dengan jalan aspal utama… Terlihat dengan jelas di sebelah lapangan papan nama… GUNUNG RAYA GOLF RESORT

Kami pun melewati jalan aspal mulus ini kembali. Seperti sebuah break ketegangan, kita bisa gowes ‘normal’ di jalan yang mulus, mengembalikan keseimbangan dan kondisi tubuh. Bisa dengan tenang menyedot air minum.

DCIM203GOPROTidak pernah lama rasanya di jalan mulus, trek kembali masuk ke vegetasi di sebelah kiri. Bretttt… Kaget setengah mati saya seperti ada yang menyambar lengan kiri saya. Berhenti saya tertegun melihat lengan panjang jersey, posisi di tengah antara pergelangan tangan dan siku, pas di tengah lengan kiri, sobek parah. Sempat panik lihat sobek jersi nya, saya periksa sebentar ternyata ada memang luka dan darah keluar dari luka nya. Darah segera membasahi jersey. Saya lihat ke belakang, apa tadi seperti benda ataupun sesuatu yang menahan. Ya, sobek jersey karena serasa seperti ditahan. Ternyata ada perdu berduri besar. Buset deh kaget saya lihat bentuk perdu nya. Besarnya duri duri nya menggetarkan hati.

DCIM203GOPROSegera saya gowes kembali karena sudah tertinggal lama dari dua rekan di depan gara gara berhenti memperhatikan luka dan perdu, eh ternyata mereka belum jauh dan sedang kebingungan karena jalan nya ilang… yang ada hanya semak semak setinggi orang dewasa serta vegetasi setinggi rumah. Nah loh… Sempat mencari beberap opsi, akhirnya kali ini benar benar balik dan kembali ke jalan aspal utama lagi.

Bener bener itu jalan sudah hilang, sudah tertutup oleh vegetasi mungkin karena setahun tak dipakai gowes dari penyelenggaraan tahun lalu

Kalau diperhatikan di peta google earth, tampak kalau area trek ini ada di antara jalan raya dan pagar lapangan golf. Tidak sampai 50m kami masuk lagi ke semak semak, mencoba kembali ke trek sesuai tracklog, dan kali ini setelah masuk terlalu dalam kita benar benar menghadapi situasi harus menembus campuran ilalang tinggi, dilengkapi dengan tanaman berduri yang menyayat nyayat betis kami bertiga. Mau balik kanan sudah tanggung karena jauh… hajar terus hantam… disertai dengan perih betis dan kaki.

DCIM203GOPROYang di pikiran saya cuma dua mahluk saat itu: lebah hutan yang sering berterbangan dan ular, semoga kami tidak mengganggu sarang mereka…

Syukurlah kemudian section ini bisa kami lewati dengan selamat, lalu trek masuk nanjak ke batas hutan lebat dan kemudian turun masuk ke kampung. Ada papan nama KAMPUNG BELANGA PECAH

Kami memasuki jalan raya kembali, serasa kembali ke rasa aman setelah jalan semak penuh ancaman terlewati.. kami pun memasuki etape berikutnya KILIM GEOPARK

02gn-raya-golfSegment Kilim Geopark ini trek berubah lagi. Setelah hutan tropis basah di segment Ayer Hangat dan area gunung kering dan bersemak di segment Belanga Pecah maka kali ini kita bertemu dengan area karst. Tanahnya campuran antara tanah cokelat dan tanah pasir serta lumpur hitam. Di beberapa area kita mulai bertemu kubangan kubangan, kadang jalan jadi ada bagian panjang berubah jadi kubangan, area berbau mangrove.

Terpampang jelas ada petunjuk bilang kalau ini area hutan produktif. Memang tampak area hutan nya berubah tanamannya jadi di beberapa ada pohon jati sementara di area lain ada pohon karet. Setelah rolling dataran rendah plus kenalan mangrove trek pun mulai nanjak full dalam kebun karet.

DCIM203GOPROKemiringan tanjakan semakin susah, permukaan trek pun sudah mulai berubah dari jalan tanah ke jalan campuran batu lalu ke batu utuh yang licin. Ya, di beberapa area tidak tampak tanah, permukaan trek adalah batu utuh yang digerus gerus untuk membuat jalan, licin dan permukaan gerusan tidaklah sopan.

Hujan kembali turun…
Deras
#kepadaawan pliiiiss deh… Iya sih keganasan cuacamu melengkapi perjalan kami, tapi jangan galak galak ya…

Sampai di ujung sebuah tanjakan kami menemui lagi jalan dipagar dan dikonci… nah…

DCIM203GOPROSelalu ada jalan setelah jalan buntu, kalau enggak di negeri orang mungkin udah kita angkat sepeda melewati pagar, tapi akhirnya kami pilih jalan lain yang ‘orientasinya sama’, dan kita temui satu tanjakan panjang sekali di tengah kebun karet, dengan permukaan trek adalah batu batu seperti marmer dipecah. Batu batunya yang berwarna putih marmer itu licin, dibantu air hujan, membuat trek jadi teknikal dan unik karakternya.

Akhirnya ketemu ujung tanjakan lalu disambut turunan tanah, disinilah kembali itu dahan pohon, yang bentuknya seperti campuran antara palem dan semak, dahannya terkena pundak saya, entah bagaimana itu dahan jadi seperti tangan yang menahan pundak saya. Kaget setengah mati di tengah turunan padahal. Badan saya terangkat karena tertahan di pundak, ban sepeda depan sudah terangkat, seperti akan terjengkang…

03kilimBrettt…

Bunyi itu lagi, lalu sepeda kembali turun sambil saya kelimpungan mempertahankan keseimbangan. Berhenti saya lihat sobekan lain yang lebih parah ada di pundak kiri. Okky yang ada tepat di belakang berhenti dengan wajah ekspresi khawatir plus kagum. Syukurlah tidak jatuh.

Sementara pemandangan di lembah di depan sungguh memanjakan mata. Tampak pantai dan laut di kejauhan sambil kita juga bisa lihat bentukan bentukan batu karst yang eksotis menyembul dari perut bumi.

Sebentar saja karena tanjakan panjang sudah menungu lagi..

Diujung bukit kita dua rekan saya di depan tiba tiba berhenti seperti tanpa sebab… Muka mereka tampak aneh ekspresinya…

DCIM203GOPROKenapa dua rekan berhenti dengan tatapan wajah yang aneh? Rupanya di tengah trek ada segerombolan sapi. Ini rupanya jawaban kita sering bertemu kotoran sapi dimana mana, di tempat yang aneh misalnya di tengah kebun karet, rupanya sapi disini dipelihara dengan dilepaskan begitu saja, segerombolan ada sekitar 6-8 sapi.

Melewati halangan unik ini kita pun turun dan akhirnya melewati sebuah tambang batu kita sampai juga di jalan raya. Awan tetap tidak baik sama kami, hujan tambah deras, kami mulai kehabisan minum di bidon dan berhenti untuk beli air mineral di sebuah warung pinggir jalan.

Ya ampun, dia enggak jual air mineral !!!

Part trek segment KILIM berikutnya adalah melipir pinggir hutan lagi, tapi tidak masuk hutan, dan mulai mengikuti jalan inspeksi di sebelah saluran air, mirip kalimalang, dan kita melewati jalan aspal di sebelahnya. Untuk pertama kalinya tim bisa kebut kebutan. Sejak dari start tidak pernah panjang di jalan aspal, dan ini adalah kesempatan pertama bisa pakai gigi 11t terkecil di sprocket

DCIM203GOPROJalan lalu bertemu dengan kembali jalan utama, jalan besar. Saya langsung tertarik penjual pisang yang menggantung dagangannya, saat kita berhenti mau beli pisang, ada yang teriak dari seberang jalan. Ternyata dua rekan tim support berhasil menemukan kami. Akhirnya isi bidon dengan air mineral juga dan mulai berangkat lagi.

Kepada awan saya minta jangan merengut gitu ah…
Langit mendung dan gelap menggantung
Matahari tertutup

DCIM203GOPROSection KILIM selesai maka kita memasuki section ULU MELAKA. Section ini kembali berada di luar jalur aspal utama yang mulus. Dimulai dengan kebingungan mencari titik awal trek yang sudah tertutup vegetasi, akhirnya kita menemukan singletrack yang makin lama tampak makin membesar menjadi doubletrack.

Bagian ini rolling. Full rolling. Kalau kuat silakan geber speed, dan itu yang tampaknya dilakukan dua rekan saya. Mereka jadi semacam titik kecil saja di depan.

Kiri kanan trek adalah kebun karet yang sedang banyak dirombak. Banyak banget pohon karet dirobohkan. Karena dilewati alat berat, doubletrack jadi sedikit berlumpur dan licin.

DCIM203GOPROSection Ulu Melaka diakhiri dengan uphill dalam kebun karet cukup berat dan panjang, di trek membentuk seperti huruf U. Trek seperti menemui puncak dan u-turn balik turun kembali. Section ditutup dengan area ‘jembatan air’ yang sudah sering kami lihat di youtube. Jalan menembus semacam reservoir bendungan, tapi kedalaman air nya hanya sekitar 10cm. Menjadi menarik untuk mencuci sepeda dan ambil foto karena kita seperti bersepeda menembus air. Disini kita manfaatkan juga untuk sedikit istirahat lagi, saya sempat mengganti baterai kamera.

04ulu-melakaTitik jembatan reservoir air ini berhasil membuat semangat naik kembali. Memang kondisi tubuh sudah turun, ini sudah jam 1130 dan kita sudah mulai gowes dari jam 7 pagi dengan istirahat praktis total tidak sampai 20 menit. Segar ketemu kubangan air berlimpah.

Keluar dari section ULU MELAKA kita masuk kembali ke jalan aspal utama. Mendung semakin berat menggantung. Dan akhirnya hujan tumpah saat kita memasuki section berikutnya, MAKAM MAHSURI

Dua section terakhir yaitu section MAKAM MAHSURI yang sangat mistis dan section BUKIT BATU yang sangat brutal teknikal adalah bagian penutup trek yang paling puncak. Selain jam gowes udah mulai diatas 5 jam, fisik dan mental sudah mulai terpengaruh dan hujan yang tidak berhenti mengguyur.

Semua diatas ditambah lagi dengan perjumpaan dengan hewan hewan liar seperti monyet dan babi hutan, semakin menjadikan penutup yang menampar.

Kita tahu persis karena sempat lewat sebagian trek ini di gowes sabtu sore, kita tahu kalau sudah dekat dengan kawasan Kuah adan Hotel area, namun yang kita temui adalah trek yang semakin brutal termasuk kubangan kubangan air ditumbuhi semak di tengah hutan.

Dua seri penutup disimpan cerita detailnya, termasuk pengalaman dengan daun BALAKACIDA untuk mengobati luka rekan, termasuk juga beberapa kejadian jatuh.

Terimakasih buat Balibiru Adventure Trip, yang sudah merancang trip ini jadi trip yang luarbiasa namun tetap terjangkau.
Terimakasih buat Bikewearr Biking Apparel, yang sudah menyediakan desain jersey khusus, jersey premium nyaman dipakai segala kondisi
Terimakasih buat Om Eyang AN, Om Rudy Mbahbro, Om HPW, Om Okky… rekan rekan seperjalanan termasuk persiapan 3 bulan sebelumnya… Trip kemarin adalah salah satu trip paling brutal yang pernah saya gowes selama ber-mtb

SEKIAN

Versi lebih lengkap dan detail, terutama di dua section terakhir silakan tengok nanti di https://antoix.wordpress.com

#kepadaawan, terimakasih sudah membuat trip hari itu menjadi lebih brutal dan berkesan… Segeralah datang ke Sumatera dan Kalimantan… kami butuh hujan

This ride report supported by Bikewearr, hardcore biking apparell
www.facebook.com/bikewearr
twitter:bikewearr
instagram.com/bikewearr/

Dalby Forest, aku kembali setelah dua tahun…

Dalby, Aug 20, 2015

Dalam tiga tahun terakhir, eh atau lebih ya? post saya di blog ini jadi jarang banget. Ini dalam rangka mencoba menulis lagi, mulai dengan menyelesaikan cerita tentang Bali XC Marathon 2015, dan sekarang post ini. Pusing juga sih, segitu banyak hal berkesan tentang sepedahan yang belum ditulis…

Perjalanan ini sebenarnya adalah perjalanan pembalasan dendam, dua tahun lalu sempat sudah sampai Dalby dengan susah payah dan mahal, namun hanya untuk menjumpai center nya ditutup karena sampai hanya 15 menit sebelum jam 5 sore. Setahun lalu sampai trauma dan tidak mencoba namun tahun ini sudah tidak ragu untuk memenuhi keinginan lama ini. Sangat tidak menyenangkan untuk diingat kembali.

Selama perjalanan kali ini saya menginap di kota York, dan pagi pagi sudah berada di stasiun bis untuk menuju ke kota terdekat dengan Dalby Forest, yaitu Thorton Le Dele. Silakan ikuti link untuk info tentang Dalby Forest…. Dipilih transportasi bis karena ini adalah transportasi pilihan termurah, dibandingkan kereta apalagi taxi atau sewa mobil.

Pengalaman baru juga pagi itu adalah menikmati suasana sebuah tea room. Hidangan yang unik dengan suasana menikmati teh yang belom pernah saya rasakan dimanapun. Mungkin karena ini adalah kota sangat kecil, jadi suasananya masih sangat asli.

Resiko naik bis ke kota terkecil ternyata adalah tidak ditemukannya kendaraan umum menuju lokasi. Sempat bertanya juga nomor taksi tapi kebayang kalau ongkos taksi bakal memasukkan ongkos pp dari pangkalan ke remote area kota kecil ini. Lihat peta sebentar, dan memutuskan untuk jalan, dan harus segera dimulai karena otomatis waktu gowes juga terpotong. Ayo kita awali dengan hiking, dan ternyata memerlukan 1 jam!! Sebuah rumah di tengah desa, dengan sederetan sepeda diparkir rapi, seragam. Inilah pasti tempatnya Dalby Bike Barn.

Legaaaanya… segera register buat pinjam satu sepeda dan ditawari pinjam setengah hari ataupun all day. Juga ada pilihan pinjam hardtail atau full suspension bike. Semua sepedanya SCOTT. Sejak survey info sudah mengincar akan mengambil ‘red route’ tapi petugas bike rent bilang kalau ‘unless you are very fit…” sambil menyarankan ambil ‘blue route’ yang lebih ringan. Dia juga bilang ‘red route will need a whole day…”

Oke deh, daripada berkelanjutan saya iya in saja. Yang terpenting dapat pinjaman sepeda, syaratnya adalah meninggalkan paspor. Nah beli juga peta nya rute, meskipun sebenernya dengan mengikuti petunjuk trek sangatlah jelas dan hampir tidak mungkin tersesat.

Dimulai start dari Bike Center, lalu mulai naik bukit, naik dan naik, masuk ke dalam hutan. Kondisi trek nya sangat enak. Perfect. Jadi semacam conical seperti bentuk lengkung telur hampir di seluruh part. Besepeda jadi nyaman sekali. Sesampainya di ujung tanjakan saya kaget ternyata sudah berada di titik tertinggi ‘blue route’. Waduh, baru 30 menit. Jatah maksimum 3 jam sewa sepeda harus dimanfaatkan maksimal…. Melongok ke peta (untung beli) segera mencari jalan bisa nyambung ke red route. Sambil terngiang kembali kata kata petugas di bike centre, “… unless you are very fit, I don’t think you should take the red route”… Coba ya mas mas, saya barusaja selesai ikutan Bali XC Marathon dan menjalani 8 bulan latihan sebelum event…

Setelah melewati jalan aspal memotong trek maka bertemulah dengan ‘red route’. Begitu memulai rute merah ini segera terasa betapa sotoy (sok tau-sok jago) nya saya. Trek nya jauh lebih teknikal, walaupun sama, kondisinya masih bersih dari rumput dan sampah, kalaupun ada batu penghalang trek, tampak sekali memang batu itu adalah bagian dari trek. Pantesan untuk rute merah dan gowes jadwal seharian disarankan untuk menyewa full-suspension bike.

Terseok seok mulailah menghandle bagian red-route ini, terasa signifikan bedanya. Secara umum permukaan track lebih variatif, ada batu dan akar. Selain itu kemiringan tanjakan dan turunan juga lebih curam dibandingkan yang blue-route. Dengan terengah engah mulai melewatinya. Di area red-route juga pesepeda nya jauh lebih jarang, sehingga saat gowes sendiri begini terasa lebih sepi karena jarangnya bertemu dengan pesepeda lain di trek.

Meskipun tergopoh gopoh secara fisik dan cukup kesepian plus kedinginan (suhu trek sekitar 12-14 degC meskipun cerah ada matahari) tapi keputusan ambil red-route akhirnya terbayar lunas oleh pemandangan sebuah lembah terbuka. Sangatlah Inggris utara, lembah dengan hutan dan rumah yang sangat jarang, landscape nya seperti yang selama ini saya sering lihat di wallpaper standard. Luarbiasa.

Selain itu ada hidangan lain berupa rimbunnya hutan. Ya hutan dengan vegetasi yang berbeda samasekali dengan yang biasa kita temui di daerah tropis. Memang agak gelap saking rindang nya dedaunan, tidak ada orang yang merambah dan mencari kayu mungkin, tapi sungguh pengalaman yang sulit diungkapkan dengan kata kata.

Salah satu yang sangat berkesan dari pengalaman ini adalah betapa sangat jelas nya petunjuk jalan. Ada di tiap kita mendapat pilihan jalan, di sepanjang trek. Luarbiasa benar penataan nya. Sehingga selama di trek samasekali kita tidak ada keraguan, meskipun kita tidak bisa membaca peta atupun tidak membawa peta saya yakin kita tidak akan nyasar. Sangatlah jelas kemana arah black-route, red-route, blue-route, green-route dan yang menarik juga adalah escape-route. Sore itu karena sudah terdesak batas waktu penyewaan sepeda dan jam terkhir bis dari Thorton le Dele, maka saya akhirnyat tidak menyelesaikan seluruh red route dan ambil escape route kembali ke bike center.

Diakhiri dengan kembali hiking sekitar 6km lalu naik bis kembali ke York, berakhirlah perjalanan ini. Di sepanjang jalan selama hiking dan selama naik bis sangat sering kita bertemu dengan mobil keluarga lengkap dengan roof rack, sepeda bapak sampai anak anak di atas roof, atau malah sepeda sekelompok grup cyclist. Pas hiking pengen rasanya melambaikan tangan minta tumpangan ke mereka. Sampe York berjakan menuju hotel dari stasiun tempat turun bis saja kaki rasanya sudah susah digerakkan, berat banget. Untungnya petualangan hari ini ditutup dengan menemukan sebuah restoran masakan Indonesia, mendengarkan dan berbicara dengan waitress nya yang bahasa Jakarta banget. Lumayan bisa menambal rasa kangen setelah seminggu makan makanan hambar. Rasanya makanan restoran ini gimana? Jangan tanya deh. Membayar sekitar 30GBP atau sekitar 600rb rupiah untuk sepiring nasi rames dan semangkuk sayur asem rasanya sudah harus enak kan meskipun entah apa itu isinya…

This ride report supported by Bikewearr, hardcore biking apparell
www.facebook.com/bikewearr
twitter:bikewearr
instagram.com/bikewearr/

WJxc#50 Hambalang dan The Real Anaconda Track ke Cibadak Curug Barong

Sentul, 12 September 2015

Tulisan di blog ini tambah sedikit, maaf para pemirsa (kalau masih ada), dan terimakasih kepada yang masih bersedia menengok blog ini. Kali ini saya coba cara lain untuk mempercepat post blog, segera tulis pengalaman tidak lama setelah gowes selesai, biar excitement nya belom lewat.

Ini juga mark WJxc ride #50. Tak terasa sudah ada 50 genjot mtb area Jawa Barat yang berbeda selama 3 tahun sejak dimulai catatan seri ini September 2012. Ide awalnya adalah membuat list destinasi bersepeda gunung di Jawa Barat dan mendokumentasikan dalam gambar dan tulisan. Catatan tulis nya sangat minim, tapi catatan gambar nya lumayan lengkap ada di album foto

Setelah melewati kehebohan jalan beton Babakan Madang, kita mulai nanjak dan gotong bike garagara dua jembatan yang diperbaiki. Nostalgia kembali ke bertahun lalu melewati rute ini, jembatan besar dan jalan yang sudah mulus, agak kecewa karena di ride sebelumnya ini adalah daerah makadam jahanam nanjak yang seru. Saya agak push karena excited setelah tiga minggu dua weekend tidak gowes serius, push push sampai terperanjat melihat HRM menunjukkan angka tertinggi sepanjang sejarah 188 bpm. Tampaknya saya terlalu bersemangat … I’m just way too excited

Lalu saya berusaha menenangkan diri dan menarik napas jauh lebih panjang, segera saja Om Atoe, Eyang dan Om Fajar nyalip. Dan ini adalah terakhir kali saya lihat Eyang dan Om Fajar, nanti ketemu lagi di titik finish, yah… begitulah GGB (Gowes Gak Berenti): start barengan, semua berusaha gak brenti, maka finishnya dan di track nya gak barengan.

Sementara di sisi kanan segera tampak gerbang ‘Proyek Sarana Olahraga Hambalang’. Memang sudah banyak sekali yang berubah dari trek ini termasuk jalan menanjak ini yang sekarang sudah di beton. Hambalang memang seperti kasus nya di yang kita dengar di media, dia naik dan naik terus, tidak memberi pesepeda titik ambil nafas. Hmmm… Tapi ini tidak berlaku untuk saya, segera saya berhenti setelah monitor heart rate menunjuk angka 175 bpm. Om Atoe semakin menjauh nanjak dan hilang ditelan tikungan. Ibu-ibu di sebelah track sampe nanya, “…aya naon??”. Maksudnya belio bertanya, apa saya ada masalah dengan sepeda kok berhenti, saya pun segera melanjutkan perjalanan, dengan mendorong sepeda.

Turun dari Hambalang[/caption]Setelah berhenti lagi di depan sebuah SD akhirnya sampai juga ke kampung puncak Hambalang, kampung yang sangat fenomenal dalam memori bersepeda saya. Ada kejadian dengan ketersinggungan penduduk setempat di sebuah warung di masa lalu, salah satu kejadian yang menempel sampai lebih dari lima tahun. Sampai lagi di sekitar warung terakhir itu, lalu minum dua gelas ale ale seperti tidak berasa. Isi penuh air di bidon.

Ambil napas banyak sekali saya di warung puncak Hambalang, saya yakinkan Eyang, Om Fajar TS dan Om Atoe enggak butuh napas sebanyak saya karena mereka tidak tampak disini. Perjalanan saya yang lalu ke Hambalang setelah titik ini adalah perjalan pulang lewat Anaconda menuju Sentul kembali, namun trek kali ini jauh berbeda, katanya Hambalang ini barulah tumpeng pertama, masih ada tiga tumpeng lagi: Gn Pancar, Km O-Curug Panjang, Gn Geulis. Kok rasanya perjalanan jadi masih jauh banget ya?

Emaaaangggg…..

Selanjutnya adalah turun turun dan turun. Paduan antara singletrack doubletrack dan jalan makadam. Wah kalo udah turunan jadi ingat ban belakang yang tipis, setiap kali speed ketinggian dan rem maka ban belakang skid, ngepot seolah mau nyalip ban depan. Saya nikmati turunan panjang dalam kesendirian dalam kekhawatiran. Bukan khawatir salah jalan tapi khawatir melihat jalan meliuk nanjak di depan… Akhirnya segala turunan berhenti di sebuah sungai yang hampir kering.

Oke ayo dengan ikhlas kita gowes nanjak setelah sungai ini. Trek tampak seperti jalan masa depan, mungkin pemerintah baik hati sudah memikirkan akses dari Sentul City ke Cibadak tapi tidak lewat Babakan Madang- Cibinong. Selalu ada banyak orang baik hati, cuma tanjakan tanah ini saja yang kurang baik hati karena serasa gak habis habis. Entah kenapa nanjak disini serasa istimewa, rasanya kok berat tiada habis. Yang unik lagi juga setiap mencapai HR tinggi, lama banget untuk bisa turun kembali ke normal. Kenapa ya?

Di ujung tanjakan ada pilihan singletrack kekiri, bener trek gps menunjuk kesitu. Disambut pemandangan kering yang indah. Jalan meliuk liuk singletrack agak ekstrim turunannya. Sementara di kejauhan tampak lembah dan sungai lalu sudah kembali menunggu tanjakan ke rerimbunan pohon di atas bukit. Nah, itu rupanya desa yang kita tuju.

Aseli ini single track bikin ekstra hati hati karena setiap kali ban belakang yang profilnya lebih gundul seolah mau nyalip saja ban depan. Segerombolan Pramuka dan seorang guru nya tampak bercengkerama di pinggir sungai. Indah sekali. Suasana belajar yang gak mungkin diperoleh di Cikarang Baru. Tanjakan miring berkelok dan bertemu seorang pramuka kecil bawa buku dibawah pohon bambu. Pohon disini aseli kecil kecil, sangat susah menemukan pohon pada ukuran untuk bisa hanya berteduh saja. Saya pun berhenti dan berbagi snekers cokelat dengan pramuka kecil. Udah disogok cokelat, si pramuka tetap jujur memperlihatkan dengan tangannya kemiringan tanjakan yang menunggu didepan…

“…tebih keneh…”

Akhirnya dengan susah payah masuk lah ke kampung, ternyata ada SD nya rame, ternyata di kampung ini bertemu dengan Om Atoe, Om Sigit dan Om HPW. Cukup lega ketemu mereka, meskipun agak gondok juga, karena terakhir kali saya melihat rekan lain di belakang adalah saat saya mulai nanjak dari sungai kecil hampir kering, rekan rekan ini hanya tampak seperti titik titik di kejauhan, lha kok sekarang barengan.

Om Sigit dan Om Atoe tampak mampir ke warung, saya sotoy dan enggak refill bidon dengan air minum. Sesuatu yang saya sesali kemudian. Dari titik ini tiga pesepeda melanjutkan perjalanan segera, dan di sebuah pertigaan kebingungan membaca arah trek. Dengan hanya sedikit diskusi, kita putuskan belok ke kanan, yang ternyata salah. Sempat re-check di tengah, dan ternyata masih membuat analisa yang salah dan bertiga makin dalam nyasar ke arah turunan panjang, yang tentunya kemudian menjadi tanjakan panjang saat diputuskan kembali.

Nyasar ini tidak hanya menghabiskan air minum saya, namun juga mulai menghabiskan tenaga saya. Trek rasanya panas sekali (baru kemudian dikonfirmasi kemudian kabarnya suhu trek mencapai 41 derajat celcius), air habis, cokelat masih satu tapi lembek, maka saya pun mulai memakai jurus dorong di tanjakan. Pokoknya jalan terus saja daripada berhenti dan kehilangan waktu. Meskipun pelan tetap maju. Om Sigit sudah tidak tampak lagi di belakang, Om Atoe sempat menunggu di titik yang meragukan.

Untuk digambarkan trek bagian ini adalah trek jalan tanah, kadang bercampur makadam dan pecahan batu alam, lalu hampir tanpa vegetasi samasekali, hanya ilalang dan beberapa area bekas terbakar di musim kemarau. Mau berteduh pun tidak ada tempat karena tidak ada pohon. Di beberapa tempat ada semacam saung, mungkin bekas warung, tapi samasekali tidak ada penghuninya.

Di salah satu sisi trek akhirnya kita bisa melihat jelas jalan raya Cibadak, jalan aspal dari arah Cibinong menuju ke Sukamakmur. Posisi trek ini diatas jalan itu dan banyak kesempatan trek berada di balik bukit. Akhirnya seperti anugerah trek berubah menjadi campuran turunan dan mendatar, melilit bukit dan akhirnya kita bertemu banyak rumah dan perempatan jalan aspal rusak. Akhirnya bertemu peradaban, tapi warung belum tampak. Yang tampak pertama adalah papan petunjuk belok ke arah Curug Barong.

Di sebelah sebuah jembatan akhirnya kami menemukan warung, dengan lemari es!!! Kalap saya minum berturut turut empat botol 500mL minuman teh gelas. Disini juga bertemu dengan rombongan Om Gun bersama dua orang rekannya.

Semangat banget setelah ketemu air dingin dalam lemari es, maunya berhenti tidak lama dan secukupnya saja mulai gowes lagi. Heran sekali baru mulai sudah lemas, dan tanjakan tidak berhenti menuju titik tertinggi Curug Barong. Meskipun trek lebih bersahabat dibandingkan saat di tengah gurun tadi, namun di satu titik saya rasakan energi hilang samasekali. Padahal tidak kraam dan tidak kehilangan semangat, namun aseli tidak lagi ada energi dan sedikit goyang karena keseimbangan terganggu. Saya putuskan tiduran di pinggir trek. Satu persatu rombongan Om Gun menyalip. Disinilah diputuskan untuk menyelesaikan saja trip ini dan kembali ke Bakmi Golek.

This ride report supported by Bikewearr, hardcore biking apparell
www.facebook.com/bikewearr
twitter:bikewearr
instagram.com/bikewearr/